Rabu, 31 Oktober 2012

Esistensi Coklat Nanga Sambus


Kakao Foto: Internet
Biji Kering Kakao Foto: Internet
Putussibau.
Kakao (Theobroma Cacao L) menjadi salah satu penunjang ekonomi masyarakat Nanga Sambus, Kecamatan Putussibau Utara. Buah yang menjadi bahan dasar pembuatan coklat ini telah memasuki masa panennya untuk sekitar Desa Sambus. "Di Sambus buah coklat ini ditanam dengan sistem stek sehingga buahnya itu bisa lebih banyak. Disamping itu ada dua tipe yang kita tanam coklat yang hijau dan merah dan masing-masing tipe itu kita panen setelah satu tahun," terang Fitri, petani kakao asal Sambus.

Dipaparkan Fitri, pemasaran buah kakao di kawasan Sambus masih mengandalkan penadah setempat dengan penerapan siklus kenaikan harga yang dominan konstan tanpa berpengaruh pada musim. "Sekarang coklat kita jual perkilo itu Rp 7.000, dulunya pernah sampai Rp 14.000. coklat juga panen tidak mengenal musim, sama halnya dengan penjualannya, kalau banjir ya tetap. Beda dengan karet, kalau banjir atau musim hujan malah mahal," terangnya.
Fitri menuturkan kakao yang diolahnya dijual dalam bentuk biji kering yang telah dijemur selama tiga hari. Pada setiap penjualannya, ia mengatakan  dapat menjual hinga 50 Kg biji kakao. "Di Sambus biji coklat ini dijadikan kopi bubuk oleh para penadah," tambanya.
Potensi kakao di Kapuas Hulu dapat menjadi referensi untuk Pemerintah Daerah untuk dikembangkan guna menujang pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat petani kakao yang hingga saat ini masih eksis atau bertahan di Kapuas Hulu.