Batu akik masih menjadi
pembicaraan hangat hingga saat ini. Tidak hanya di warung kopi dan pasar, di
komplek perkantoran pun batu akik selalu jadi topik percakapan diwaktu
senggang.
Untuk masyarakat
kabupaten Kapuas Hulu sendiri, batu akik semakin jadi primadona. Bahkan ada
salah seorang warga Kapuas Hulu yang memiliki cincin batu akik yang cukup unik, terdapat
motif kaligrafi berlafadz Allah.
Adalah, M. Durni, Ketua
Adat Melayu kelurahan Kedamin Hilir, yang memiliki batu tersebut. Ia pun
menceritakan segelumit kisah menarik sehubungan dengan batu jenis Chalsedony
yang dimilikinya itu. "Batu ini adalah batu pemeberian dari orang. Awalnya
batu biasa, setelah diasah ada lafadz Allahnya," tutur pria renta yang
karib disapa pak Itam ini.
Sekilas batu milik pak
Itam tampak seperti batu biasa. Namun terlihat jelas kaligrafi hitam berlafadz
Allah, dengan latar belakang warna orange, pada permukaan batu. "Batu ini
asli dari kecamatan Mentebah," ujarnya.
Semenjak pakai batu
tersebut, pak Itam pun mengaku merasakan ada afek tersendiri. Dalam tugasnya
menyelasikan perkara adat, semua perkara dapat terselesaikan. Bahkan perkara
yang tertunda beberapa tahun. "Saya memang rasakan ada manfaat
tersendiri. Kasus-kasus sengketa adat banyak terselesaikan, padahal sudah
beberapa tahun lalu ngendap," tambah Durni, "Namun ini bukan
menduakan Tuhan. Ini adalah wujud kebesaran Allah dari laut, udara dan dalam
bumi," tutur pria yang juga menjabat Kasi Hukum Adat MABM (Majelis
Adat Budaya Melayu) Kapuas Hulu ini.
Disinggung terkait
nominal harga yang ditetapkan untuk cincin akik berlafadz Allah itu, Durni tak
menyebutkannya. "Saya tidak ada harga, cuma saya punya cita-cita umroh.
Kalau ada yang minat cincin ini, setidaknya cukup untuk saya umroh,"
ungkap peria yang kesehariannya bekerja menebang kayu ini.
Saat ditanya tentang
kegemaran terhadap cincin batu akik, Durni mengaku sudah sejak lama
mengge;utinya. Mulai dari waktu pengolahan akik hanya dengan sistem manual, hingga
moderen sperti sekarang ini. "Dari yang saya nilai, batuk akik di Kapuas
Hulu ini baru ada 20 persen saja, jenis batunya yang terekspose. Batu-batu yang
cantik lainnya masih banyak belum tergali masyarakat. Saya peribadi berharap
potensi ini terus digali," tutup pria yang telah memiliki 4 anak dan 6
cucu ini.