Rabu, 25 Februari 2015

Mengolah Batu Menjadi Rupiah



Cincin Akik Dari Batu Alam Kapuas Hulu

Berawal dari kecitanaannya terhadap batu, membuat Muslimat menjadi seorang pengrajin cincin batu akik. Telah banyak batu alam Kapuas Hulu yang berhasil diolahnya menjadi cincin akik berekonomis tinggi. Bahkan cincin akik buah tangan Muslimat telah dikenakan Ketua NU prof dr KH Said Agil Syiradj MA.
Saat ditemui dikediamannya, Muslimat yang merupakan warga Kedamin Kecamatan Putussibau Selatan ini mengaku sudah mengolah batu menjadi cincin akik sejak tahun 2008. Berawal dari hobi mengumpulkan batu-batu bermotif indah, Ia pun mulai mengikut perkembangan peminat batu akik di Indonesia. “Awalnya saya mencitai batu-batu dari luar daerah Kapuas Hulu, tapi kemudian saya berpikir tidak mungkin daerah ini tidak ada batu-batu yang indah. Hal itu yang jadi motivasi saya untuk mengumpulkan batu-batu yang unik saat masuk ke hutan, kemudian membuatnya sendiri menjadi mata cincin,” tutur pria yang juga merupakan Koordinator Bina Produksi dan Usaha, Komunitas Pencinta Batu Kapuas Hulu ini.

Muslimat
Ia pun mengulas, awal mula dirinya menggolahan batu menjadi mata cincin dengan cara manual, dimana bongkahan batu tersebut digosok ke canai dengan menggunakan menggunakan tangan dalam waktu yang sangat lama. “Kemudian untuk membentuk batu tersebut saya ganti dengan menggunakan mesin dinamo. Pertama, dinamo kipas angin, kemudian dinamo parut kelapa,” paparnya.
Muslimat pun memaparkan cara mengolah batu alam menjadi cicin akik yang bernilai ekonomis. Tahap awal adalah pemilihan batu yang memiliki keindahan, baik dari sisi motif, warna ataupun jenisnya. Batu tersebut lantas dipecah dan dibentuk menjadi bongkahan kecil dengan mesin pembelah.
Kemudian, bongkahan tersebut dihaluskan secara bertahap dengan 12 tipe amplas. Agar batu tersebut tampak mengkilap, sebagian amplas tersebut telah diberikan serbuk intan. Bagi batu memang yang tidak mengkilap dengan serbuk intan, dikilapkan dengan menggunakan bambu kering. “Untuk membuat satu cincin siap pakai, saya mengerjakannya selama 30 menit,” ujar Muslimat.
Dalam satu hari, Muslimat mengaku bisa membentuk 20 biji mata cincin dari batu alam Kapuas Hulu. Sedangkan untuk penyelesainnya hingga berbentuk cincin siap pakai, hanya sekitar 15 buah saja. Masing-masing cincin tersebut ditetapkan adalah harga produksi yang jauh dibawah harga pasaran Nasional. “Cincin yang Saya buat kebanyakan adalah pesanan dari kerabat,” tuturnya. 
Dari pembuatan cincin batu akik, Muslimat bisa meraup laba hingga Rp 600 ribu dalam satu hari. Sayangnya Ia tidak dapat membuat cincin akik setiap hari, lantaran harus mengutamakan profesi utamanya sebagai Polisi Kehutanan Taman Nasional Betung Kerihun. “Saya membentuk cincin diluar jam kantor, jadi tidak setiap hari membuatnya,” ungkap pria yang sudah bertugas selama 20 tahun di TNBK ini.
Sehubungan dengan pemasaran, Muslimat mengatakan cincin batu akik buatannya dan rekan se Komunitas Pencinta Batu Kapuas Hulu sudah menyentuh pasar Nasional. Sebagian dipasarkan ke Jawa Barat dan Sulawesi. “Saya juga sempat membuat cincin batu akik sebagai cendramata untuk Ketua NU prof dr KH Said Agil Syiradj MA. Jenis batunya Kalsedon Kuning dan Putih serta Virus Hijau, kami senang beliau langsung menggunakannya,” ucap Muslimat. (yohanes santoso)