Wabah demam berdarah (DBD) mulai mengancam
masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu, khususnya masyarakat kota Putussibau. Pada
awal Februari ini tercatat tiga orang pasien DBD telah ditangani oleh RSUD dr
Achmad Diponegoro Putussibau. “Kemarin sempat dirawat pasien DBD tiga orang dan
semuanya anak-anak, tapi mereka sudah disuruh pulang karena sudah sembuh,” kata
dr H Harisson M Kes ,Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu, Minggu (9/2).
Tapi fogging tentu tidak akan efektif, lanjutnya,
kalau masyarakat tidak mengambil peranserta dalam pemberantasan sarang nyamuk. Dari
itu, Dinkes menghimbau agar masyarakat lebih intensif memperhatikan lingkungan dengan
melakukan 3 M, yakni menguras bak mandi atau tempat-tempat penampungan air, mengubur
kaleng-kaleng atau ban-ban bekas dan sampah non organik lainnya, menutup
tempat-tempat penampungan air. “Ini agar tidak ada tempat untuk nyamuk aedes
aegypti bertelur dan berkembang biak. Disamping melakukan 3 M, masyarakat juga
harus melakukan upaya prefentif lainnya seperti menggunakan lotion anti nyamuk atau
minyak sereh kepada anak sebelum berangkat sekolah. Kami harap masyarakat tetap
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,” tutur Harisson.
DBD adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. DBD juga
disebut sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak fever"
(demam sendi), karena demam tersebut dapat menyebabkan penderitanya mengalami
nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah. Sejumlah gejala dari demam dengue
adalah demam;
sakit kepala; kulit kemerahan yang tampak seperti campak; dan
nyeri otot
dan persendian. Pada sejumlah
pasien, demam dengue dapat berubah menjadi satu dari dua bentuk yang mengancam
jiwa. Yang pertama adalah demam berdarah, yang menyebabkan pendarahan,
kebocoran pembuluh darah (saluran yang mengalirkan
darah), dan rendahnya tingkat trombosit darah (yang menyebabkan darah membeku). Yang kedua
adalah sindrom renjat dengue, yang menyebabkan tekanan darah rendah yang
berbahaya. “Langkah yang harus diambil apabila anak demam tinggi harus diberi
banyak minum air, lalu cek kedokter untuk pastikan itu DBD atau bukan,” tutup
Harisson.